Kehidupan Sempurnakan
Diaryku
“Prrryaaang”,
bunyi itu sudah biasa didengar oleh Eza. Setiap hari dia selalu mendengar bunyi
itu , yang asalnya tak lain adalah dari rumahnya. Bunyi perabotan yang
dibanting oleh ayahnya ketika bertengkar dengan ibunya, memang sudah sangat
mendarah daging dipikirannya. Bahkan, mungkin di alam bawah sadarnya.
Rumah
tangga orang tuanya memang sudah tak harmonis lagi sejak satu tahun yang lalu,
tiada hari tanpa cekcok, itulah budaya di rumah Eza, yang makin lama membuat
batin dan hati Eza tersiksa .
*
* * * *
Sore itu, lelah rasanya diri Eza
sehabis latihan silat. Harapan besar disambut dengan senyuman , tampaknya hanya
harapan belaka. Dari luar dia mendengar ada kebisingan dari dalam rumahnya,
yang tak lain suara pertengkaran ayah dan ibunya.
” Kalau Ibu maunya seperti itu, ya
sudah lebih baik kita cerai . Kita bersama juga ga ada cocoknya ! “, begitulah
ucapan penuh amarah Ayah Eza.
“ Ayah, kenapa Ayah egois sekali ?
Ibu hanya ingin Ayah berubah . Ibu ingin Ayah lebih bertanggung jawab pada
keluarga?” ucap Ibu Eza dengan tetesan air mata yang mengalir dari matanya.
“Huh! Ayah sudah bosan dengan sikap
dan ocehan Ibu. Ibu cari saja laki-laki lain , Ayah sudah tidak peduli lagi !”
“Tapi Ayah? Kalau kita cerai, gimana
nasib Eza? Eza butuh Ayah juga!”
“ Ah! Eza bukan urusan Ayah . Ibu
saja yang urusi anak itu. Ayah mau pergi! Selamat tinggal !”
Tak
ada yang bisa Ibu Eza lakukan, ia hanya bisa menangis dan menangis. Ayah Eza
pun pergi meninggalkan rumah dan berpapasan dengan Eza di depan rumah. Wajah
dan tatapan penuh kesal dan amarah menusuk ke mata Ayah Eza. Begitu bencinya
Eza kepada ayahnya kini. Dalam hati Eza berkata,” Aku benci kamu , aku sangat
membencimu!!!!!!!!”
Pertengkaran sengit itu memang
sangat melukai dua hati itu, Eza dan Ibunya. Sakit hati Eza melihat ibunya
dicampakan, perih hatinya yang mengetahui ayahnya tak peduli dan tak menyayanginya.
“ Ayah benar-benar tak
menyanyangiku. Aku benci kamu, Ayah!”, geram Eza.
Rintih
tangis ibu membuat Eza semakin sakit dan semakin benci kepada ayahnya. Dalam
kamar dia melampiaskan kekesalannya, kemarahannya benar-benar memuncak kini.
“ Aku benci kamu Ayah! Ah! Aku benci
suasana ini !”, teriak Eza sambil memukul-mukul tembok kamarnya.
*
* * * *
Suasana pun semakin tak membaik,
sikap Eza berubah. Lama dia pendam sakit hatinya karena konflik itu, dan kini
dampaknya mulai terlihat pada perubahan sikapnya.
Eza
yang dulu kini tlah berubah , tak ada Eza yang gokil , jail , puitis , yang
bisa menciptakan canda tawa bersama teman-temannya. Kini , hanya ada Eza yang
pemurung dan emosional .
“ Hey, Za. Kok ga ikut main kartu
bareng temen-temen? “, Tanya Sisi , sahabat Eza.
“ MALES !”, jawab Eza dengan ketus.
“ Hmm kamu lagi ada masalah ya Za?” Tanya
Sisi yang khawatir pada Eza.
“ Hmm entahlah Si , keluargaku ! Aku
benci keluargaku !”,jawab Eza singkat .
“ Pertengkaran ayah dan ibumu ?” tanya
Sisi lagi yang memang sebenarnya sudah cukup tau dengan kondisi keluarga Eza.
Rumahnya yang berdekatan dengan rumah Eza membuat dia tau apa yang terjadi di
rumah Eza sehari-hari .
“ Iya. Mereka cerai , ayah ga mau
ngurusin aku dan ibu lagi .Aku kasihan sama ibu , ibu harus kerja sekarang. Aku
ga tega Si . Tapi aku juga ga betah rasanya di rumah . Aku teringat ayahku yang
buruk itu Si . Aku ingin pergi dari rumah Si !”
“ Jangan seperti itu Eza, kamu harus
bertahan demi ibu. Kamu harus melindungi ibumu Eza. Kamu harus kuat Eza!”
“ Tapi, aku selalu sedih kalau di
rumah. Setiap malam ibu menangis dan itu semakin mengingatkanku ke sosok buruk
itu, lelaki pecundang!”
“ Eza! Jangan panggil ayahmu seperti
itu. Seburuk apapun dia tetap ayahmu. Yang kamu pikirin sekarang, cara biar Ibu
bahagia. Jangan larut dalam kemarahanmu Eza”
“ Ah! Kamu ga ngertiin aku Si. Kamu
ga bisa rasain sakit hatiku. Aku mau pergi Si!”
“ Eza, jangan lakuin hal konyol .
Itu palah bakal nyusahin dan nambah beban ibumu!” nasehat Sisi.
“ Diam lah Si. Kamu buat aku tambah
pusing. Tolong tinggalin aku!”, pinta Eza agak kesal.
“ Baiklah, aku bakal pergi .Tapi inget
Eza, masih banyak yang sayang kamu dan care sama kamu. Ya sudah aku pulang dulu
ya, Assalamu’alaikum .”
“Wa’alaikumsalam”, jawab Eza.
Berat sebenarnya
hati Sisi buat ninggalin Eza sendiri. Sisi khawatir dengan Eza kalau sampai dia
melakukan hal konyol itu. Dia takut Eza pergi, rasa sayangnya yang begitu dalam
pada Eza membuatnya gelisah .
“ Ya Alloh, lindungi Eza. Semoga dia
tidak melakukan tindakan buruk. Aamiin”, pinta Sisi di tengah perjalanannya
pulang ke rumah .
*
* * * *
Malam pun berlalu, pagi yang cerah
dengan harapan baru pun menyambut Sisi. Bergegas ia mempersiapkan semua
perlengkapan sekolahnya . Pagi ini dia ingin berangkat bersama Eza, dia ingin
menenangkan hatinya yang masih khawatir itu dengan melihat Eza yang baik-baik
saja pagi ini .
“ Assalamu’alaikum”, ucap Sisi
sambil mengetuk pintu rumah Eza.
“ Wa’alaikumsalam . Eh Sisi, mau berangkat
bareng Eza ya sayang ?” tutur Ibu Eza.
“ Hehehe, tante tau aja J . Tante , Eza belum
berangkat kan
?”
“ Tentu belum dong Si, paling baru
mandi dia. Sebentar ya tante panggil Eza dulu, Sisi duduk dulu ya..”
“ Iya tante J”,jawab Sisi.
Ibu Eza pun memanggil Eza, namun tak
kunjung ada jawaban. Ibu Eza pun menengok Eza ke kamarnya. Ternyata Eza tak
ada. Ibu Eza pun melihat ke sekeliling, dan ada hal aneh yang terjadi .Jendela
kamar Eza terbuka lebar, dan Ibu pun langsung melihat ke lemari Eza. Ternyata
baju-baju Eza tak ada beberapa plus tas ranselnya. Panik hati Ibu Eza dan kesedihanpun
akhirnya pecah ketika ia melihat surat
yang ditinggalkan Eza yang lalu dibacanya.
“Ezaaaaaaaaaa….”, teriak Ibu.
Mendengar
teriakan dan tangis ibu pun, Sisi langsung bergegas menemui Ibu Eza.
“ Astaghfirulloh,tante kenapa? Eza
kenapa tante ?”, Tanya Sisi dengan kekhawatiran.
“ Eza Si… Eza pergi”, jawab Ibu
sambil mengulurkan surat
Eza.

“ Si, tolong cari Eza ?”, pinta Ibu
Eza
“ Iya tante, pasti Sisi cari . Tante
jangan sedih ya, Eza pasti baik-baik saja .” ucap Sisi sambil memeluk Ibu Eza .
*****
Di
luar sana Eza
hidup dengan kehidupan barunya, dia tinggal tak jauh sebenarnya dari rumahnya.
Dia tinggal di pasar Kliwon bersama preman pasar Kliwon “ Si Oyo”. Kehidupannya
kini memang tak seelok dulu, tapi memang kehidupan dulunya juga tak elok si. Ya
intinya Eza kini bisa melupakan kepenatan hidupnya, walau dia harus jauh dari
orang yang ia sayang “ Ibunya “ dan sebenarnya jatuh kepermasalahan baru.
“
Hey Bro, ngapain elo murung. Hidup jangan dibikin susah Bro. Mending elo minum
ini . Dijamin elo bakal bahagia. HAHAHA”, ucap Oyo dalam keadaan mabuk berat.
“Hah,
minuman keras. Waduh ngerokok aja aku ga berani apa lagi minum-minuman itu. Wew
! banyak racunnya “, pikir Eza.
Dia
berpikir dan berpikir, dalam dirinya berseteru antara “iya atau tidak”. Namun
akhirnya, ia mengambil tawaran itu dan tak tanggung-tanggung dia minum hampir lima gelas.
“ AHAHAHA enak juga Bro. Fly! “,
ucap Eza dalam mabuknya.
“ Apa gue bilang, gue si Oyo preman
pasar Kliwon, so pasti elo bakal hepi deh sama gue !Hahaha. Minum lagi bro..”,
jawab Oyo
Sejenak
memang Eza merasa begitu bahagia karena terlepas dari pikiran tentang
keluarganya, namun setelah dia sadar dari mabuknya, rasa benci pada ayahnya selalu
menghantui pikirannya.
Oleh
karena itu, sekarang ga ada hari tanpa minuman keras.
“ HAHAHA, biarin sarafku rusak,
otakku rusak. Aku benci ayah, aku benci ayah, aku benci ayah..!”
Lagi-lagi
ucapan itu yang keluar dari mulut Eza saat dia mabuk . Dia memang sangat
membenci ayahnya. Sesekali dia juga menggoreskan pecahan kaca ke tangannya agar
dia puas rasakan sakit itu. Sakit, perih memang tapi tak sepedih kati Eza yang
luka karena ayahnya dan perceraian itu. Eza memang benar-benar depresi kini.
Hidupnya bak air di daun kelor, terpontang-panting tak tahu arah .
“ Ibu..Ibu…maafkan
Eza…Ibuuuuuuuuuuuu. Eza sayang ibu , Eza rindu Ibu. Eza kangen pelukan Ibu…” lanjut
Eza.
Namun,
kadang Eza meneteskan air mata sambil mengucap kata-kata maaf, rindu, dan
sayang ke Ibunya.
*
* * * *
Sementara
Eza berkutat dengan dunia barunya yang penuh kenistaan, Sisi terus-terusan mencari
Eza.
Berhari-hari
ia mencari Eza bersama Rio dan Rifqi, namun
tak kunjung ada hasil.
Kini,
Ibu Eza sakit karena Eza. Kegelisahan, kekhawatiran, dan kebingungan pun
semakin melanda diri Sisi.
“ Sisi, cari Eza!”, rintih Ibu dalam
kondisi lemahnya.
“Iya tante, Sisi juga lagi berusaha
nyari Eza. Tante yang sabar ya. Eza pasti ketemu.”, jawab Sisi .
“ Eza baik-baik aja kan Si?”Tanya Ibu Eza
dalam pandangan bingung.
“ Iya tante, Eza pasti baik-baik
saja. Tante makan ya ? Tante harus makan, biar ga sakit.”
“ Ga! Tante ga mau ! Eza juga belum
tentu makan . Eza, Ibu rindu Eza . Eza dimana kamu nak…?” ucap Ibu dalam
tangis.
“ Sisi, cari Eza..Cari Eza nak..”,
lanjut Ibu .
“ Iya tante, nanti Sisi cari Eza.
Tapi tante makan dulu ya..?”
“ Eza ketemu malam ini kan Si. Eza pulang kan Si ?”, Tanya Ibu Eza
kembali.
“ Iya tante..”
Sisipun
tak kuasa menahan tangis, dipeluknya Ibu Eza dengan erat.
Sisi
sudah anggap Ibu Eza seperti ibunya sendiri.
“Ya Alloh berilah hamba kemudahan
buat mencari Eza”, doa Sisi sembari memeluk erat Ibu Eza.
*
* * * *
Derasnya hujan malam itu tak
mengurungkan niat ketiga anak itu untuk mencari Eza. Sisi, Rio, Rifqi kembali
menelusuri jalanan kota
purwokerto ini.
“ Eza harus ketemu!”, ucap Sisi
“ Iya Si, kita pasti ketemu sama
Eza.” jawab Rio.
Rifqi
menajamkan penglihatannya, begitu pula Sisi dan Rio.
Dan dilihatnya sesosok pria, sedang berjalan terpontang-panting, sosoknya
sepertinya familiar sekali bagi mereka. Sisi pun langsung turun dari mobil
menghampiri sosok itu.
Air
matanya jatuh seketika bersama rintik air hujan malam itu, dia menemukan sosok
yang tlah lama dicarinya. Eza! Sahabat yang ia sayang bahkan mungkin ia cintai
,ada dihadapanya. Walau dia sangat kecewa karena berjumpa dengan Eza dalam
keadaan mabuk.
“ Eza!!!” teriak Sisi sambil
menghampiri Eza.
“ Akhirnya kami menemukanmu Eza”,
ucap Rifqi.
“ Eza, Eza ini Sisi, Rio, Rifqi?”, kata Sisi sambil memegang pundak Eza.
“ HAHAHA kalian mau apa? Kalian
sekolah saja yang bener! Ngapain ke sini kalau cuma mau nyari gue”, jawab Eza.
“ Eza, sadarlah Za..”ucap Rio
“ Eza, kamu tau ga? Kamu udah
ngecewain kita? Eza kita sayang kamu. Eza kenapa kamu begini Za ?” tangis Sisi.
“ Kalian udah liat gue kan, gue udah berubah.
Gue bukan Eza , gue preman. Gue udah ga pantes berteman sama kalian. Gue udah
jadi orang yang buruk , remaja yang gagal. HAHAHA.Kalian liat tangan gue , gue
sayat-sayat pake kaca. Kalian ga takut sama gue..HAHA”, ucap Eza setengah sadar.
Eza
terjatuh, tersungkur di hadapan Sisi . Sisi, Rio,
Rifqi berusaha membangkitan Eza dan membawa Eza pulang.
“ Gue ga mau pulang . Rumah gue di
jalanan. Gue ga pantes, ga pantes temenan sama kalian.Tinggalin gue. Kalian
goblog kalau mau temenan sama gue. Udah pergi sana. HAHAHA”, teriak Eza .
“EZA , dengerin aku Eza !”, pinta Sisi
sambil memegang pundak Eza dan menatap mata Eza. Sisi tak sanggup melihat
kondisi Eza yang seperti itu .
“Eza , dengerin Sisi. Eza kamu itu
temen kita, gimana pun kamu sekarang, kamu tetep temen kita .Eza , apa belum
cukup bukti kalo masih banyak yang sayang sama kamu? Eza, Eza, Eza kita sayang
kamu ! ” lanjut Sisi dengan tetes air matanya berusaha tuk yakinkan Eza .
“DIAM Si aku pusing , aku ga mau
dengerin kamu!!” Bentak Eza.
“ Engga Eza. Kamu harus dengerin
aku! Eza kita sayang kamu . Eza liat kita Za .Mana Eza yang dulu?Mana Eza yang
gokil? Mana Eza yang puitis , yang jail? Mana Za , mana? Kita kangen kamu Za
.Kita kangen bercadaan sama kamu, main kartu bareng, jalan-jalan bareng .
Eza,
kamu itu kuat Za. Kamu ga boleh kaya gini terus. Banyak kebahagiaan yang bisa
kamu dapet Za. Ngapain kamu nyiksa dirimu kaya gini !”
“
Ah diem Si. Elo diam aja ! Brisik tau .Gue ga peduli ! ” jawab Eza.
“Eza,
kamu ingetkan masih punya IBU?? Masih inget janjimu di surat itu? ” ucap Sisi yang sudah tak tahan
lagi melihat Eza seperti itu.
Eza
sejenak terdiam, tiba-tiba ia menangis dan tersungkur kembali.
“ Ibuu…Ibuuu mana Ibuku. Aku rindu
ibuku..aku rindu Ibu..mana Ibu, mana Ibuku Si, mana Ibuuu?” tangis Eza.
“ Dengerin Sisi baik-baik, sejak
kamu pergi ninggalin ibumu . Ibumu terus-terusan nangis dan kamu tau Za? Ibumu
ga mau makan dan apa akibatnya itu? Ibumu sakit Za. Tiap hari dia nangis, dia
manggil-manggil namamu Za. Dia sayang kamu Za, dia rindu kamu Za. Tapi kamu
palah seperti ini? Anak macam apa kamu? Buat ibumu sendiri sakit dan hidup
dengan rasa bersalah. Kamu menambah penderitaan ibumu Za!” ucap Sisi .
“ Ibuu…Ibu maafin Eza. Aku sayang
Ibu Si. Tapi, sekarang aku buruk Si? Aku
udah hancurin diriku Si, aku aku buruk Si..” kata Eza dalam penyesalan .
“ Eza , kamu bisa berubah!” kata
Rifqi.
“Iya Za , sekarang kamu ikut kita
ya. Banyak kebahagiaan yang bisa kamu dapet Za. Jangan disia-siain”, nasehat Rio.
“ Tapi…”, kata Eza .
“ Kalau kamu sayang Ibumu n masih
mau berbakti sama Ibumu, kamu ikut kita sebelum kamu menyesal akhirnya! Rio, Rifqi ayo kita pulang..”, tegas Sisi .
Sisi,
Rio, dan Rifqi pun meninggalkan Eza, dalam
benak mereka memang berat tuk meninggalkan Eza sendiri . Namun , tiba-tiba
mereka dengar teriakan Eza sambil berlari menghampiri mereka.
“Teman-teman aku ikut. Tunggu aku.”,
teriak Eza.
Eza
pun ikut pulang dengan Sisi, Rio, dan Rifqi.
Canda tawa belum begitu tampak, namun
lega kini hati Sisi. Sosok sahabat kecilnya dan cinta pertamanya ini ada di
dekatnya, dia ingin sekali berkata “jangan pergi lagi”, namun dia tak bisa.
Tak lama, sampai juga mereka di
rumah Eza. Detik-detik dipertemukan anak dengan ibunya ini semakin mendebarkan .
Lemas rasanya tubuh Eza , dia merasa sangat bersalah dengan tindakannya, dan
kecengengannya kembali teruji kini. Dia menangis lagi ketika ia melihat ibunya
terbujur lemah di kasur.
“ Ibuuu…Ibuu..maafin Eza”, ucap Eza yang
langsung memeluk ibunya.
“ Eza ? Kamu udah kembali nak. Kamu
baik-baik aja sayang ? Alhamdulillah ya Alloh, Engkau pertemukan hamba dengan
anak hamba.”
` “ Iya Bu, Eza baik-baik aja. Ibu
maafin Eza . Eza buat Ibu sakit, Eza bikin Ibu kecewa?”
“ Maafin Ibu juga nak, Ibu dan ayah
udah nyakitin perasaanmu. Ibu sayang Eza. Jangan pergi lagi ya sayang. Ibu ga
bisa hidup tanpa Eza sayang ..”, ucap ibu sambil memeluk dan menyium Eza.
“Iya Ibu, Eza sayang Ibu. Eza janji
ga akan ninggalin Ibu lagi dan Eza akan selalu jaga Ibu.”
“Makasih sayang”, jawab Ibu.
Kerinduan
dan kekhawatiranpun berakhir sudah, kerinduan Ibu kepada anaknya itu tlah
terobati kini. Eza pun merasa jauh lebih baik kini.
Tawapun
bisa dilihat dari wajah Eza.
*
* * * *
“ Hey, preman pasar kliwon? hahaha”
ucap Rifqi pada Rio dengan maksud menyindir
Eza.
“Hey bro, elo lagi ngapain?”, lanjut
Rio kemudian.
“ Biasa, gue lagi hapus air mata gue..”,
sindir Sisi kemudian.
“HAHAHA nyindir nih ceritanya. Tapi
sekarang adanya Eza kok di sini. Ga ada preman pasar Kliwon. HAHA
Adanya
Eza yang ganteng ini, yang keren, gaul, manis, pinter, gokil, alim, dan
lain-lain yang pasti oke punya. HAHAHA” jawab Eza.
“ Sipp lah”, jawab Rio.
“ Makasih ya temen-temen, Rio, Rifqi, dan terutama kamu Si. Kalian udah nyadarin
aku n jaga ibuku . Aku tahu sekarang betapa bodohnya aku kemarin yang
menyia-nyiakan kebahagiaan seperti ini. Aku sayang kalian .” kata Eza kemudian.
“Baru tau kalo Eza bodoh? HAHAHA .Tapi
sebodoh apa pun Eza kemaren. Yang jelas sekarang aku mau bilang kalau I love
you too Eza sayoooong. HAHAHA”, jawab Rifqi kemudian.
Canda tawa merekah, kini kebahagiaan
yang dirasa . Eza merasa sangat bersyukur karena punya sahabat yang begitu
menyayanginya. Sahabat yang selalu ada untuknya, sahabat yang sangat berharga
yang sayang tuk dilupakan.
Sisi
pun merasa sangat bahagia , bagian hidupnya tlah hidup lagi. Terpanah dia
dengan senyum manis Eza yang lama tak dilihatnya. Dia tak akan membiarkan Eza
pergi lagi. Dia benar-benar tlah jatuh hati pada Eza, namun tak mungkin ia
ungkapkan sekarang, biarlah semua mengalir mengikuti waktu. Sekarang , baginya
yang penting adalah Eza tlah di dekatnya, Eza tlah bahagia kembali.
”Diarymu
diaryku, masalahmu-masalahku, yang kan
kita selesaikan bersama karena ku menyanyangimu , Insya Alloh karena Alloh.
Jangan hapus senyum bahagiamu, karena itu bagian kehidupanku.Terus bersinar dan
teruslah bersamaku menjalani hidup ini”, ungkap bahagia Sisi yang hanya dapat
didengar oleh Tuhannya.
Kehidupan
Eza semakin membaik kini . Eza yang dulu kembali lagi . Penyesalan itu kini
tlah mengubahnya kesatu langkah yang lebih baik.
Eza
sadar kini, hidupnya terlalu sayang jika diisi dengan amarah, karena banyak
kebahagiaan lain yang ada di depan matanya.
Terima
kasih Ibu, terima kasih sahabatku, dairy hidupku sempurna karena kalian.
~ J J end J
J ~
Inspirasi: LastChild-Diary Depresiku
0 komentar:
Posting Komentar