Sabtu, 25 Januari
2013 kembali ku tulis ceritaku untukmu, kali ini bukan di buku special yang
memang khusus nantinya untukmu, tetapi kali ini aku ingin bercerita denganmu
melalui si biru ini.
Aku tak tahu rencana Allah nantinya
seperti apa, takdir-Nya nanti seperti apa. Namun, aku merasa hari ini kita
berada di tempat yang sangat dekat dengan situasi dan kegiatan yang berbeda.
Engkau dengan urusanmu dan memang itu jiwamu, sedangkan aku pun dengan urusanku
dan memang itu jiwaku. Kita memang berbeda, namun itu tak jadi masalah bagiku
karena dengan perbedaan yang ada pada diri kita justru akan saling bersatu
untuk melengkapi. Ah, aku ngomong apa ya?
Mengenalmu belum bisa aku pastikam,
engkau semu bagiku, namun nyata di hadapanku. belakangan ini. Ya semenjak
kejadian di depan mushola FMIPA dan di depan D2 itu. Bukan kejadian yang
aneh-aneh, yang menggemparkan dunia, namun kejadian yang menggemparkan hatiku.
HAhaha
Engkau yang ku harap itu memang dia
sekarang, dia yang selalu ada saja motivasi dan inspirasi untukku. Yang
sederhana, sopan, baik tutur katanya, bisa menentramkan hati, mendamaikan
suasana, dia yang religious, dan peduli dengan sesamanya. Dan jujur satu hal
yang sangat aku kagumi darinya yang aku harap itu kamu adalah kepedulian dan
sikapnya. Banyak aku belajar mengenai kepedulian itu, bagaimana cara kita untuk
bisa peka dengan keadaan sekitar. Sekarang aku masih belajar untuk itu, untuk
peduli dan do the action. Ga Cuma bilang aku peduli tapi ga ada aksi. Huuh
masih susah agaknya, karena aku perlu teman untuk aksi itu. Namun, bukan engkau
atau dia yang aku harap engkau. Karena apa? Karena aku juga ingin mandiri,
niatkan dengan ikhlas, dan melakukan dengan caraku. Bukan tak suka dengan
caramu atau arahanmu , hanya saja aku tak mau salah tingkah, sok jaim, dan
akhirnya ga leluasa. #plak
Aku ingin bisa bersikap ramah, baik dengan
orang-orang disekitarku meskipun kadang ada ketidakcocokan diantara kita.
Ketidakcocokan itu wajar cantik (*suka-suka ya mau panggil diriku apa*), setiap
orang dilahirkan berbeda, sekalipun
terlahir kembar. Pasti ada saja yang berbeda, apa lagi yang ga kembar,
ga dari ibu yang sama, ga dari rumpun keluarga yang sama. Jadi kamu harus
memakluminya. Ya ya ya itu benar, absolutely itu harus dimaklumi. Lalu apa yang
harus aku lakukan jika aku sudah maklum, Cuma
maklum saja ga cukup! Apalagi setelah itu menjauh setelah dimaklumi.
Akupun mencari-cari jawaban itu, apalagi aku teringat. Dulu aku
memiliki sahabat, sahabat yang ada disuka dan dukaku. Kita selalu bersama,
melewati hari-hari kita dengan selalu berkomunikasi, sampai mamahku
menyayanginya dan terkadang masih menanyakannya. Namun, karena keegoisanku
(*mungkin) persahabatan kita kandas setelah 2 tahun-an bersama. Aku merasa
kurang cocok dengan dirinya saat itu, kalau yang sekarang aku kurang tau.
Setelah aku mencari-cari, bagaimana
solusi tentang masalah yang kadang aku hadapi akhirnya aku menemukan solusi
itu. Ya itulah ukhuwah islamiyah. Dalam dunia ini, tentu kita tak terlepas dari
hubungan dengan makhluk lain yaitu sesame manusia. Ada adab dalam bergaul
tentunya, ada adab untuk menjalin suatu hubungan. Suatu pertemanan dan
persahabatan bukan sekedar GUE SAHABAT LOE tapi lebih dari itu. Dan ukhuwah
islamiyah menjawab pertanyaanku, bagaimana aku harus bersikap, dan lain-lain
dengan sahabatku, orang-orang di sekitarku. Persahabatan yang dilandasi karena
Allah.
Aku terdiam sejenak akan jawaban yang ku
peroleh, namun itu benar. Aku bersikap seperti itu karena aku belum paham
mengenai ukhuwah islamiyah. Jadi kesimpulannya yaitu aku harus memahami dan
menerapkan ukhuwah islamiyah.
Ada 6 tahap ukhuwah islamiyah itu.
Mulai dari Ta’aruf, bagaimana kita memahami saudara kita, kemudian tafahum,
sejauhmana kita mengenal saudara kita. Lalu ada ta’awun menolong sahabat kita
saat kesusahan. Tafakul saling menanggung dalam senang maupun sedih, dan yang
terakhir ada itsaar mendahulukan saudara kita untuk urusan habluminannas, namun untuk urusan
habluminAllah mesti mendahulukan diri sendiri.
Kini, aku sedang belajar untuk
menerapkan keenam tahapan itu dengan orang-orang disekitarku. Untuk sahabatku
yang dulu, aku mulai dengan minta maaf kepadanya. Namun, ya hatiku masih susah
jika harus seramah dulu dengannya, jadi untuk sekarang sms-an dan komunikasi
sebatas teman pada umumnya.
Satu harapanku, aku benar-benar bisa
bersikap baik dengan orang lain, ramah, bisa memahami mereka, semoga aku bisa.
Aamiin…
Kok jadi kemana-mana ya ceritanya?
Itu segelintir yang saya rasakan dan
peroleh. Aku benar-benar berharap kamu adalah dia yang ada sekarang. Aku berharap
nanti aku benar-benar yakin mengenalmu dan kau tak semu lagi bagiku.
0 komentar:
Posting Komentar