Minggu, 26 Januari 2014

Engkau yang Ku Harap Dia

Sabtu, 25 Januari 2013 kembali ku tulis ceritaku untukmu, kali ini bukan di buku special yang memang khusus nantinya untukmu, tetapi kali ini aku ingin bercerita denganmu melalui si biru ini.
Aku tak tahu rencana Allah nantinya seperti apa, takdir-Nya nanti seperti apa. Namun, aku merasa hari ini kita berada di tempat yang sangat dekat dengan situasi dan kegiatan yang berbeda. Engkau dengan urusanmu dan memang itu jiwamu, sedangkan aku pun dengan urusanku dan memang itu jiwaku. Kita memang berbeda, namun itu tak jadi masalah bagiku karena dengan perbedaan yang ada pada diri kita justru akan saling bersatu untuk melengkapi. Ah, aku ngomong apa ya?
Mengenalmu belum bisa aku pastikam, engkau semu bagiku, namun nyata di hadapanku. belakangan ini. Ya semenjak kejadian di depan mushola FMIPA dan di depan D2 itu. Bukan kejadian yang aneh-aneh, yang menggemparkan dunia, namun kejadian yang menggemparkan hatiku. HAhaha
Engkau yang ku harap itu memang dia sekarang, dia yang selalu ada saja motivasi dan inspirasi untukku. Yang sederhana, sopan, baik tutur katanya, bisa menentramkan hati, mendamaikan suasana, dia yang religious, dan peduli dengan sesamanya. Dan jujur satu hal yang sangat aku kagumi darinya yang aku harap itu kamu adalah kepedulian dan sikapnya. Banyak aku belajar mengenai kepedulian itu, bagaimana cara kita untuk bisa peka dengan keadaan sekitar. Sekarang aku masih belajar untuk itu, untuk peduli dan do the action. Ga Cuma bilang aku peduli tapi ga ada aksi. Huuh masih susah agaknya, karena aku perlu teman untuk aksi itu. Namun, bukan engkau atau dia yang aku harap engkau. Karena apa? Karena aku juga ingin mandiri, niatkan dengan ikhlas, dan melakukan dengan caraku. Bukan tak suka dengan caramu atau arahanmu , hanya saja aku tak mau salah tingkah, sok jaim, dan akhirnya ga leluasa. #plak
Aku ingin bisa bersikap ramah, baik dengan orang-orang disekitarku meskipun kadang ada ketidakcocokan diantara kita. Ketidakcocokan itu wajar cantik (*suka-suka ya mau panggil diriku apa*), setiap orang dilahirkan berbeda, sekalipun  terlahir kembar. Pasti ada saja yang berbeda, apa lagi yang ga kembar, ga dari ibu yang sama, ga dari rumpun keluarga yang sama. Jadi kamu harus memakluminya. Ya ya ya itu benar, absolutely itu harus dimaklumi. Lalu apa yang harus aku lakukan jika aku sudah maklum, Cuma  maklum saja ga cukup! Apalagi setelah itu menjauh setelah dimaklumi.
Akupun mencari-cari  jawaban itu, apalagi aku teringat. Dulu aku memiliki sahabat, sahabat yang ada disuka dan dukaku. Kita selalu bersama, melewati hari-hari kita dengan selalu berkomunikasi, sampai mamahku menyayanginya dan terkadang masih menanyakannya. Namun, karena keegoisanku (*mungkin) persahabatan kita kandas setelah 2 tahun-an bersama. Aku merasa kurang cocok dengan dirinya saat itu, kalau yang sekarang aku kurang tau.
Setelah aku mencari-cari, bagaimana solusi tentang masalah yang kadang aku hadapi akhirnya aku menemukan solusi itu. Ya itulah ukhuwah islamiyah. Dalam dunia ini, tentu kita tak terlepas dari hubungan dengan makhluk lain yaitu sesame manusia. Ada adab dalam bergaul tentunya, ada adab untuk menjalin suatu hubungan. Suatu pertemanan dan persahabatan bukan sekedar GUE SAHABAT LOE tapi lebih dari itu. Dan ukhuwah islamiyah menjawab pertanyaanku, bagaimana aku harus bersikap, dan lain-lain dengan sahabatku, orang-orang di sekitarku. Persahabatan yang dilandasi karena Allah.
Aku terdiam sejenak akan jawaban yang ku peroleh, namun itu benar. Aku bersikap seperti itu karena aku belum paham mengenai ukhuwah islamiyah. Jadi kesimpulannya yaitu aku harus memahami dan menerapkan ukhuwah islamiyah.
Ada 6 tahap ukhuwah islamiyah itu. Mulai dari Ta’aruf, bagaimana kita memahami saudara kita, kemudian tafahum, sejauhmana kita mengenal saudara kita. Lalu ada ta’awun menolong sahabat kita saat kesusahan. Tafakul saling menanggung dalam senang maupun sedih, dan yang terakhir ada itsaar mendahulukan saudara kita untuk  urusan habluminannas, namun untuk urusan habluminAllah mesti mendahulukan diri sendiri.
Kini, aku sedang belajar untuk menerapkan keenam tahapan itu dengan orang-orang disekitarku. Untuk sahabatku yang dulu, aku mulai dengan minta maaf kepadanya. Namun, ya hatiku masih susah jika harus seramah dulu dengannya, jadi untuk sekarang sms-an dan komunikasi sebatas teman pada umumnya.
Satu harapanku, aku benar-benar bisa bersikap baik dengan orang lain, ramah, bisa memahami mereka, semoga aku bisa.
Aamiin…
Kok jadi kemana-mana ya ceritanya?

Itu segelintir yang saya rasakan dan peroleh. Aku benar-benar berharap kamu adalah dia yang ada sekarang. Aku berharap nanti aku benar-benar yakin mengenalmu dan kau tak semu lagi bagiku.

0 komentar:

Posting Komentar